Selasa, 02 Juli 2013

METODE PENELITIAN SOSIAL



TUGAS UJIAN FINAL METODE PENELITIAN SOSIAL

JAWABAN UJIAN FINAL METODE PENELITIAN SOSIAL
Dosen Pengampu : Dr. Muh. Yasin, S.Pd, M.Pd.






Disusun Oleh:

ADAM PRAMONO (G2G1 12 060)

KELAS C














PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
PASCASARJANA UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, ujian final ini dapat diselesaikan dalam waktu yang diharapkan. Ujian final ini merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran mata kuliah metode penelitian sosial pada Program Studi Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Haluoleo Kendari.
Tujuan penulisan ini adalah sebagai wahana latihan dalam menuangkan ide dan pikiran secara tertulis, logis, dan sistematis sesuai dengan konsep yang relevan serta untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Jawaban Ujian Final ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan isi dan substansi dari Jawaban ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak  Dr. Muh Yasin, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pembina Mata Kuliah. Semoga Allah SWT tetap memberikan petunjuk terhadap upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.


Kendari,  2 Juli 2013

Penyusun



















1. Yang dimaksud dengan:

a) Metode penelitian : Hadari Nawawi menjelaskan metode penelitian dalam bukunya : Suatu metode yang digunakan dalam usaha untuk menangkap gejala-gejala alam dan gejala sosial dalam kehidupan manusia dengan mempergunakan prosedur kerja yang sistematis, teratur, tertib, dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah”. (Hadari Nawawi, 1996, hal 91)
Dari penjelasan-penjelasan pengertian para tokoh di atas dapat penulis simpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah dengan cara sistematis yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
b) Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Menurut bahasa metode ilmiah memiliki arti, “Suatu pendekatan yang dipakai dalam penelitian suatu ilmu”. (Zul Fajri, 2000, hal 565). Winarno Surakhmad berpendapat bahwa, “Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknis atau alat tertentu” (Winarno Surachmad, 1995, hal. 131). Sutrisno Hadi seorang tokoh bidang penelitian memberikan pengertian, “Sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah”. (Sutrisno Hadi, 1997, hal. 4)
c) Penelitian sosial adalah istilah yang digunakan terhadap penyelidikan-penyeldikan yang dirancang untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan sosial, gejala sosial, atau praktik-praktik sosial. Istilah sosial ini menunujuk pada hubungan-hubungan antara, dan di antara, orang-orang, kelompok-kelompok seperti keluarga, institusi
     Metode penelitian sosial juga dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi dalam bidang sosial.
d) Penelitian Sejarah: Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian historis di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian historis bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat.
Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.
e) Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan.
Secara umum di dalam pembicaraan penelitian dikenal adanya dua penelitian eksperimen yaitu: eksperimen betul (true experiment) dan eksperimen tidak betul-betul tetapi hanya mirip eksperimen. Itulah sebabnya maka penelitian yang kedua ini dikenal sebagai “penelitian pura-pura” atau quasi experiment. Sebagai ciri-ciri untuk penelitian eksperimen yang dikatakan sebagai eksperimen betul adalah hal-hal yang disebutkan apabila persyaratan­-persyaratan seperti yang dikehendaki dapat terwujud.
f) Penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan peneliti. Menurut Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan bahwa; penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Walaupun demikian ada peneliti lain seperti di antaranya Nazir dalam Sukardi (2008:166); mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi, karena penelitian tersebut juga berusaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi
g) Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Tindakan ini di kalangan pendidikan dapat diterapkan pada sebuah kelas sehingga sering disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), atau bila yang melakukan tindakan adalah kepala sekolah atau pimpinan lain maka tetap saja disebut penelitian tindakan. Dalam kaitannya dengan istilah Penelitian Tindakan Kelas, di situ terdapat tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, yaitu : Penelitian-menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara-cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
h) Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variable bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi.
Penelitian ex post facto secara metodis merupakan penelitian eksperimen yang juga menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu karena sesuatu sebab kurang etis untuk memberikan perlakuan atau memberikan manipulasi. Biasanya karena alasan etika manusiawi, atau gejala/peristiwa tersebut sudah terjadi dan ingin menelusuri faktor-faktor penyebabnya atau hal-hal yang mempengaruhinya.

2.  Perbedaan antara penelitain kuantitatif dan penelitian kualitatif
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

Berikut adalah perbedaan kedua metode tersebut selengkapnya:
No
Kualitatif
Kuantitatif
1
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, interpretatif, konstruktivis, naturalistik-etnografik, pendekatan fenomenologis dan penelitian dengan pola pencarian dari dalam
Penelitian kuantitatif disebut juga penelitan rasionalistik, fungional, positivisme, dan penelitan dengan pola pencarian kebenaran dari luar
2
memulai kegiatannya dengan konsep-konsep yang sangat umum, kemudian selama penelitian, konsep-konsep yang sangat umum itu diubah-ubah dan direvisi sampai bertemu dengan kesimpulan yang sangat kuat. Dengan kata lain, variabel ditemukan dan dirumuskan kembali, bukan di awal.
mengisolasi variabel-variabel dan kemudian menghubungkannya dalam hipotesis. Selanjutnya menguji hipotesis itu dengan data yang dikumpulkan.
3
variabel merupakan produk penelitian yang ditemukan kemudian.
variabel-variabel menjadi alat atau komponen utama dalam melakukan analisis
4
penelitian kualitatif menggunakan lensa besar dan menampak serta memperhatikan pola-pola saling berhubungan antara berbagai variabel yang sebelumnya belum pernah ditemukan. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan holistik, menyeluruh.
penelitian kuantitatif memandang melalui lensa kecil, melihat dan memilih serta memperhatikannya hanya beberapa buah variabel saja.
5
Penelitian kualitatif menjadikan peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan data atau informasi. Peneliti diminta luwes dan mampu membuat atau memberikan pandangan sendiri atas hal-hal atau fenomena-fenomena yang dilihatnya.
penelitian kuantitatif menggunakan instrumen yang ditentukan terlebih dahulu, dan instrumennya sangat tidak fleksibel dan juga tidak reflektif yaitu tidak mengandung interpretasi.
6
penelitian kualitatif masalah penelitian tidak dapat di formulasikan secara jelas dan jawaban dari responden juga sangat kompleks, sehingga wawancara mendalam mungkin sangat efektif dalam pengumpulan data.
Penelitian kuantitatif menuntut jawaban yang pasti, jelas, tidak ambigu, dan oleh karena itu instrumen dalam bentuk kuesioner mungkin sangat tepat dalam pengumpulan data.
7
Penelitian kualitatif tertarik dengan konsep-konsep, bukan berapa kalinya sesuatu.
penelitian kuantitatif bermain dengan angka-angka, yaitu mengkuantifikasi sampel terhadap populasi, dan mengangkakan karakteristik variabel-variabel penelitian.

3) TAHAPAN DALAM PENELITIAN ILMIAH

    TAHAPAN PENELITIAN
Tahapan Penelitian dapat dikelompokan kedalam tiga tahapan penelitian sebagai berikut : Tahap Perencanaan (persiapan), Tahap Pelaksanaan Penelitian, dan Tahap Penulisan Laporan Penelitian.

TAHAP PERENCANAAN (PERSIAPAN)
Langkah-langkah penelitian yang masuk pada tahap ini adalah :
a. Penentuan atau pemilihan masalah;
b. Latar Belakang Masalah;
c. Perumusan atau Identifikasi masalah;
d. Telaah Kepustakaan;
e. Tujuan dan kegunaan penelitian;
f. Perumusan Hipotesisi
g. Metode Penelitian;
h. Penyusunan Administrasi Penelitian/Jadwal Penelitian.
Langkah-langkah tersebut ditulis biasanya ditulis dalam proposal (Outline penelitian) atau rancangan penelitian.
Pada tahap ini , sikap mental yang harus dimiliki oleh si peneliti adalah : aktif, kritis, dan skeptis. Aktif dalam mencari data, kritis dalam menimbang dan membandingkan data dengan masalah, serta skeptis karena masih ada yang diragukan.

TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN
Dalam tahap ini, ada empat langkah penelitian yang harus dilakukan :
a. Pengumpulan data;
b. Pengolahan data;
c. Analisis data;
d. Penafsiran hasil analisis.
Pada tingkat langkah analisis, maka sikap mental yang perlu dimiliki oleh peneliti adalah : aktif, kritis, dan skeptis, artinya mencarai kenyataan yang terjadi di lapangan yang benar-benar ada.

TAHAP PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
Dalam hal isi laporan, maka harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
· Berisi keseluruhan proses dan pengalaman penelitian didalam bentuk cerita/paparan/deskrisi naratif;
· Laporan diperinci dalam bab dan sub-bab dengan judul yang tepat dan jelas, sehingga memudahkan pembaca dalam mencari bagian tertentu;
· Kalimaat disusun dengan jelas daaan sederhana;
· Istilah ditulis dengan tepat untuk menghindari kesalahpahaman;
· Tata bahasa, ejaan, dan sistematika penulisan dilakukan menuruti peraturan yang ditentukan;
· Penomoran bab, sub-bab, tabel, dan diagram yang ada ditulis dengan ajeg (konsisten).
· Catatan kaki (footnote) digunakan untuk tiap kutipan yang ada.



4)  Adapun tujuan peneliatian di antaranya:
1.   Meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan (Buckley et al.). Dalam penelitian bisnis, tujuan ini merupakan tujuan yang bersifat jangka panjang karena umumnya tidak terkait secara langsung dengan pemecahan masalah-masalah praktis.
2.   Menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban (sekarang). Dalam penelitian bisnis, tujuan ini merupakan tujuan yang bersifat jangka pendek. Hasil penelitian lebih menekankan pada usaha pemecahan masalah-masalah praktis yang diperlukan untuk pertimbangan dalam pembuatan keputusan bisnis.
3.   Menangkap opportunity atau peluang. Misalnya suatu penelitian dengan isu  
    ‘peningkatan moral karyawan untuk peningkatan kinerja mereka’.
4.    Memverifikasi fenomena yang terjadi dengan suatu teori yang telah ada. Misalnya suatu penelitian dengan isu “penggunaan ekuitas yang lebih besar dibandingkan hutang untuk mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dan kreditur (menguji teori keagenan yang telah ada).
5.   Melakukan pengujian terhadap suatu fenomena untuk menemukan suatu teori yang baru. Misalnya suatu penelitian dengan isu “kepemilikan manajerial yang akan memperkuat hubungan antara peluang tumbuh perusahaan dengan kebijakan pendanaan perusahaan (untuk menemukan teori).

5.  a) Permasalahan dalam penelitian adalah kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Secara umum, suatu masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yangdiinginkan dan kebutuhan yang ada.
Dari dua definisi yang dikemukakan ahli tersebut, kita bisa mengetahui bahwa masalah penelitian adalah suatu kondisi dimana terjadinya kesenjangan antara yang diharapkan dengan fakta yang terjadi di lapangan. Sebagai contoh, diharapkan peserta didik dalam suatu kelas memperoleh nilai rata-rata 80 dalam ujian pelajaran Bahasa Arab, namun ternyata nilai rata-rata yang di capai peserta didik hanya 70, inilah yang di sebut dengan adanya kesenjangan. Rendahnya nilai rata-rata yang di capai peserta didik merupakan suatu masalah, karena nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan misalnya adalah 75. Dengan demikian timbul pertanyaan, apa yang menyebabkan rendahnya nilai rata-rata tersebut?.
Sumber:
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 21
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 53

b)  Beberapa pengertian hipotesis, yaitu:
  1. Hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat, meskipun kebenarannya belum dibuktikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotesis diartikan; patokan duga; anggapan dasar; postulat.
  2. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Jawaban tersebut masih perlu diuji kebenarannya. Seorang peneliti pasti akan mengamati sesuatu gejala, peristiwa, atau masalah yang menjadi focus perhatiannya. Sebelum mendapatkan fakta yang benar, mereka akan membuat dugaan tentang gejala, peristiwa, atau masalah yang menjadi titik perhatiannya tersebut.
c) Pengertian Sampling
Sampling adalah suatu proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam. 2003 : 97).
 Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono.2006 : 56)
Tehnik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mengambil sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002). 
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel. Anggota populasi manapun yang akan    diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi (Notoatmodjo, 2005).

d) Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo. 2005 : 79).  
Kemudian  menurut Issac dan Michael didapatkan dari tabel penentuan jumlah sampel dengan taraf signifikan 5%, bila populasinya sebanyak 25 maka sampel sebanyak 23 orang.  (Sugiyono. 2005 : 98)
Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan   objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. ( Notoatmojo, 2003 )
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi  yang diteliti ( Suharsimi Arikunto. 2002 : 109).

6) a) obyektif adalah sesuatu yang memiliki obyektif dimana nilai sesuatu diwakilkan oleh hal nyata lainnya. Descartes menggunakan kenyataan obyektif untuk pemikiran-pemikiran dan tidak menyatakan apakah barang-barang seperti, lukisan, memiliki kenyataan obyektif.
Jumlah kenyataan obyektif dari sebuah pemikiran ditentukan oleh apakah dalam kenyataan formalnya pemikiran tersebut memiliki "barang"/ hal yang mewakilkannya.
Contohnya adalah pemikiran tentang Tuhan memiliki kenyataan obyektif yang tak terukur; pemikiran tentang sepupu seseorang (misalnya orang itu benar memiliki seorang sepupu) memiliki kenyataan yang terukur.
b) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.
c) Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali – kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama – sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan. Dalam penelitian keperawatan, walaupun sudah ada beberapa pertanyaan ( kuisioner ) yang sudah distandarisasi baik nasional maupun internasional ,peneliti harus tetap menyeleksi instrumen yang dipilih dengan mempertimbangkan keadaan sosial budaya dari area penelitian ( Nursalam, 2003 : 108 ). 
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).

d) Daya Beda soal adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat pembedaansuatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai daya bedasoal tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki daya bedasoal rendah.Sebuah instrument dikatan valid apabila mampu mengukur yang diinginkan.Sebuah instrument dikatan valid apabila dapat mengunggkap data dari variablesecara tepat. Tinggi rendahnya daya beda soal instrument menunjukan sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variable yangdimaksud.
7. a) Hipotesis Korelasional
Permasalahan Penelitian :”Apakah terdapat hubungan antara jumlah tenaga ahli dan tingkat keketatan peraturan kerja perusahaan dengan tingkat hasil produksi suatu perusahaan?”
  Asumsi :
1. Jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan berhubungan dengan tingkat      
    hasil   produksi.
2. Tenaga ahli akan sulit bekerja di bawah peraturan kerja yang ketat
3. Peraturan kerja dalam perusahaan berhubungan dengan tingkat hasil 
    produksi.
Hipotesis:
Semakin besar jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan, semakin rendah tingkat keketatan peraturan kerja perusahaan, berhubungan dengan hasil produksi yang semakin meningkat.
b) Hipotesis Kerja (Hk)
    Pernasalahan Penelitian :” Apakah terdapat hubungan yang negatif antara 
    kecemasan dalam menghadapi tes dengan prestasi belajar siswa”.
    1. Prestasi belajar siswa lebih rendah bila terdapat  kecemasan dalam    
        menghadapi tes dari pada siswa yang tidak memiliki kecemasan dalam       
        menghadapi tes .
   Hipotesis Nol (Ho)
    1. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki  
        kecenasan dengan siswa yang tidak memiliki kecemasan dalam mengerjakan   
        tes.
    Hipotesis Statistik
            menolak            : berarti  tidak didukung oleh data
            tidak menolak   : berarti  didukung oleh data
             .        A.                    B.                  C.                   
                                                                           

8.
A.    Tempat dan Waktu Penelitian
         Penelitian ini dilaksanakan diperusahaan se Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, yang direncanakan pelaksanaannya kurang lebih dua bulan yaitu mulai awal Desember sampai Januari 2014.
B.     Variabel dan Desain Penelitian
1.      Variabel Penelitian
                 Penelitian ini mengkaji hubungan antara dua variabel bebas dengan satu variabel terikat. Kedua variabel bebas yang dimaksud yaitu jumlah tenaga ahli (X1), keketatan peraturan kerja (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil produksi (Y). Penelitian ini menggunakan analisis korelasi parsial (partial correlation) yaitu nilai yang menjelaskan kuat atau lemahnya hubungan antara dua variabel atau lebih variabel X dengan variabel Y, yang salah satu bagian variabel bebasnya dianggap konstan.
2.      Desain Penelitian
           Hubungan antara variabel terikat dengan variabel-variabel bebas dapat digambarkan dalam bentuk konstelasi hubungan sebagai berikut :


 





          Keterangan :
          X1              : Jumlah tenaga ahli
          X2              : Keketatan peraturan kerja
           Y               : Hasil produksi
                             : Korelasi sederhana
                             : Korelasi ganda


C.    Populasi dan Sampel Penelitian
1.         Populasi
        Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah keseluruhan karyawan perusahaan pengelengan ikan di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 74 orang yang tersebar dalam 18 Perusahaan yang ada dikota Kendari.
                         Kedelapan belas perusahaan yang merupakan populasi dari penelitian ini dapat dilihat pada table berikut :
        Tabel 1 : Tenaga ahli pada Pada perusahaan Pengolahan Ikan di Kota  
                        Kendari
No
Nama Sekolah
Jumlah Tenaga Mekanik
Jumlah Tenaga Ahli
1
PT. Samudra Jaya
4
3
2
PT. Tuna Sejahtera
3
3
3
PT. Citra Mas
4
3
4
PT. Perken Kdi
4
2
5
PT. Sinar mandiri
4
3
6
PT. Mandiri Makmur
3
2
7
PT. Nelayan indah
2
2
8
PT. Mutiara mas
3
2
9
PT. Kosgoro Utama
3
3
10
PT. Kosasih delta
3
3
11
PT. Jaya Tuna
4
3
12
PT. Koalisi Insan
4
2
13
PT. Sabar Subur
2
1
14
PT. Maju makmur
3
2
15
PT. Ikan mas jaya
2
2
16
PT. Berlain mandiri
2
1
17
PT. Jaya Pratama
4
3
18
PT. makmur jaya
4
2
Total Jumlah Guru
58
45
               Sumber : Nama Prusahaan hanya contoh. 2014





2.   Sampel Penelitian
         Mengingat jumlah populasi dalam penelitian ini sangat kecil, jadi pengambilan sampel dilakukan sampel total, maka semua populasi menjadi sampel penelitian. Hal ini  sesuai yang dikemukakan Arikunto (1998: 112), apabila populasi kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. 

D. Teknik Pengumpulan Data
             Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara yaitu : (1) Angket (kuesioner) yaitu guna menjaring data primer yang berisi tentang variabel Jumlah tenaga ahli, Keketatan peraturan, dan tingkat hasil produksi. Skala dalam penelitian ini diukur dengann menggunakan instrumen model skala Likert dalam bentuk ceklist (-), mulai dengan jawaban “sangat setuju” dengan skor “5” sampai dengan jawaban “sangat tidak setuju” dengan skor “1”, (2) Wawancara, yaitu digunakan untuk memperoleh informasi lebih lanjut guna memperkuat data yang diperoleh melalui angket.
E.     Instrumen Penelitian
       Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data setiap variabel adalah instrumen yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dan setelah mendapat persetujuan dari pembimbing. Setelah disetujui oleh pembimbing, instrumen-instrumen tersebut diuji cobakan secara empiris pada 30 orang tenaga ahli yang tidak terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini, guna untuk menentukan validitas butir-butir instrumen yang valid yang dapat digunakan dalam pengumpulan data.
         Butir pernyataan dalam instrumen  penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan, yaitu : sangat setuju/selalu, setuju/sering, ragu-ragu/kadang-kadang, tidak setuju/jarang, dan sangat tidak ssetuju/tidak pernah.
       Pemberian skor dimulai dengan nilai 1 untuk skor terendah dan nilai 5  untuk skor tinggi. Berikut disajikan skala penelitian ini :
Alternatif Jawaban
SS/SSr
S/Sr
Rg/Kd
TS/Jr
STS/TP
Skor Jawaban
5
4
3
2
1

Keterangan :
SS/SSr                =  Sangat Setuju/Sangat sering
S/Sr                     =  Setuju/Sering
Rg/Kd                 =  Ragu-ragu/kadang-kadang
TS/Jr                    = Tidak Setuju/Jarang
STS/TP                =  Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah

                Validitas butir instrumen dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson. Validitas butir instrumen ditunjukan oleh koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total butir ins istrumen. Koefisien validitas butir tes diuji dengan nilai table r Product Moment untuk n = 30 dan tingkat kesalahan alpa = 0,05 yaitu sebesar 0,36. Butir-butir instrumen dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel , sedangkan butir-butir instrumen dinyatakan tidak  valid apabila r hitung lebih kecil dari r tabel. Sedangkan koefisien reliabilitas instrumen dianalisis dengan menggunakan rumus alpha cronbach. Instrumen dinyatakan reliabel apabila r hitung lebih besar dari r tabel pada alpa 0,05 yaitu sebesar 0,36 (Riduwan, 2007: 116).
F.     Definisi Operasional Variabel
1.      Variabel untuk Mengukur Instrumen tenaga ahli
a.      Kisi-kisi Instrumen Variabel tanaga ahli
Tabel 1 : Kisi-kisi Instrumen tenaga ahli
Variabel Penelitian
Indikator
Nomor Butir
Jumlah
Positif
Negatif
Kemampuan Personal
1.   Merencanakan program kerja dengan tepat
2.   Menguasai bahan kerja
3.   Memahami dan menyelenggarakan administrasi perusahaan
1,2,3,4,5,6,7,8

11,12

13,14,15
9,10
10


2

3
Kemampuan Profesional
1.   Melakukan penilaian hasil kerja
2.   Melaksanakan layanan bimbingan kerja
16,17,18,19,20,21
22,23,25,26

24
9

2
Kemampuan teknik
1.  Menggunakan berbagai teknik dalam mengolah bahan
2.  Menggunakan media dalam kerja
3.  Mengkomunikasikan dan menerapkan hal-hal baru dalam kerja
27,28,29,30,31,32,33
34,35,36

37,38,







7


3
2




Kemampuan Sosial
1.   Terbuka dan menerima masukan untuk perbaikan pekerjaan
2.   Disiplin
39,40


41,42

2


2
Jumlah
42

      2. Instrumen untuk Mengukur Variabel Ketetatan peraturan kerja
a.      Kisi-kisi peraturan kerja
      Tabel 2 : Kisi-kisi peraturan kerja
Variabel Penelitian
Indikator
Nomor Item
Jumlah
Negatif
Positif




Peraturan kerja
Kemampuan mengenali diri sendiri (kesadaran diri)
1,2,16,25
6,15,24,31
8
Kemampuan mengelolah emosi (pengatur diri)
5,23,37
3,4,20,21,22
36,38
10
Kemampuan memotivasi diri sendiri (motivasi)
7,8,9,17,34,
35
32
7
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain (empati)
10,11,18,19,
26,27

6

Kemampuan dalam membina hubungan (keterampilan sosial)
12,30,40,41,42
13,14,28,29,
33,39


9
Jumlah
42


3. Instrumen untuk Mengukur Variabel hasil produksi
a.      Kisi-kisi Instrumen Variabel Hasil Produksi
Tabel 3 : Kisi-kisi Instrumen Hasil Produksi
Variabel Penelitian
Indikator
Nomor Butir
Jumlah
Positif
Negatif









Hasil produksi
Menyusun rencana hasil produksi
1,2,3,4,5,6,7,8
,9,10,11

11
Pelaksanaan produksi
12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,

12
 Penilaian mutu produksi
24,25,26

3
Pelaksanaan tindak lanjut hasil produksi

27,28,30
29,
4
Pengembangan produksi
31,32,35,36
33,34
6
Pemahaman wawasan produksi
37,38,39
40

4

Penguasaan bahan hasil produksi
41,42

2
Jumlah
42





         


G. Teknik Analisis Data
            Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis  statistik inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan semua data dari tiap variabel, meliputi : mean, median, modus, standar deviasi, tabel distribusi frekuensi, dan presentase dilengkapi grafik. Analisis inferensial dilakukan untuk pengujian terhadap hipotesis penelitian yang telah dirumuskan menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi. Dimana, sebelum dilakukan analisis statistik inferensial, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji linearitas regresi.
a.       Uji Korelasi Sederhana
          Uji korelasi sederhana yang digunakan pada penelitian ini adalah Product Moment dengan maksud untuk mengetahui hubungan antara variabel secara sendiri-sendiri denga variabel terikat. Teknik ini untuk menguji hipotesis pertama dengan hipotesis kedua. Rumus yang digunakan:
                           
Keterangan:
rxy              = Koefisien Korelasi
∑X              = Jumlah Variabel Bebas
∑Y              = Jumlah Variabel Terikat
n                  = Jumlah Sampel
(Riduwan, 2007:139)
          Selanjutnya untuk menghitung tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus
b.      Uji korelasi ganda
                            Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat. Uji ini dilakukan untuk untuk menguji hipotesis ketiga, dengan rumus :
               
                   Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda dicari dulu Fhitung kemudian dibandingkan dengan Ftabel. 
                          
                   Dengan ketentuan bahwa jika Fhitung  ≥ Ftabel maka H0 ditolak (signifikan), dimana F tabel = Ftabel = F{(1-α)(dk=k),(dk=n-k-1}.
          Keterangan :    
          R = nilai koefisien korelasi ganda
          k = jumlah variabel bebas
          n = jumlah sampel.  (Riduwan, 2007: 140)
                      Hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai hipotesis statistik dengan kriteria penerimaan sebagai berikut :
          Tabel Hipotesis statistik dan kriteria penerimaannya
Kriteria
Hipotesis 1
H0 :
Jumlah tenaga ahli tidak berhungan positif dan signifikan dengan keketatan peraturan perusahaan
H1 :
Jumlah tenaga ahli berhubungan positif dan signifikan dengan keketatan peraturan perusahaan

Hipotesis 2
H0 :
Keketatan peraturan perusahaan tidak berhubungan positif dan signifikan tingkat hasil produksi
H1 :
Keketatan peraturan perusahaan berhubungann positif dan signifikan dengan tingkat hasil produksi

Hipotesis 3
H0 : 
Jumlah tenaga ahli dan keketatan peraturan perusahaan secara simultan tidak berhubungan positif dan signifikan dengan tingkat hasil produksi
H1 : 
Jumlah tenaga ahli dan keketatan peraturan secara simultan berhubungan positif dan signifikan dengan tingkat hasil produksi

9)  Pertanyaan variable Tenaga Ahli :
    
No
Pertanyaan
Jawaban
Ya
Tidak
1
Jumlah tenaga ahli berpengaruh kepada kedisiplinan karyawan.


2
Banyaknya tenaga ahli berpengaruh terhadap tingkat produksi


3
Apakah ada hubungan antara tenaga ahli dengan managemen perusahaan


4
Jika tingkat produksi meningkat apakah di ikuti dengan kedisiplinan pekerja


5
Keketatan aturan apakah meningkatkan jumlah prohuksi



10) Langkah-Langkah PTK Menurut Kemmis dan McTaggart

Kemmis dan McTaggart mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah mungkin peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi. Kebanyakan penelitian tindakan kelas mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Langkah selanjutnya adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut akan coba diuraikan satu persatu.
LANGKAH PERTAMA: REFLEKSI AWAL
Refleksi awal merupakan kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasar rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian.
LANGKAH KEDUA: PENYUSUNAN PERENCANAAN
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
LANGKAH KETIGA: PELAKSANAAN TINDAKAN
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
LANGKAH KEEMPAT: OBSERVASI (PENGAMATAN)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
LANGKAH KELIMA: REFLEKSI
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
Pada hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan Taggart berupa siklus dengan setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi yang dipandang sebagai satu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan. Pada umumnya terjadi lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini pada umumnya berdasarkan model PTK Kemmis dan McTaggart ini. (suhadinet)
10) LANGKAH-LANGKAH  PTK
            Sebagai tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran atau meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, diperlukan cara kerja yang sistematis dan bertahap. Pelaksanaan suatu tindakan itu harus diawali dari perencanaan yang sungguh-sungguh sebelum dilaksanakan, dievaluasi, ditentukan keputusan, dan dilakukan tindak lanjut. Di samping itu, sebelum tindakan tersebut dijalankan, perlu diketahui masalah apa yang akan ditindak, mengapa perlu menindaknya, bagaimana cara menindaknya, mengapa cara itu yang dilakukan, siapa yang akan dikenai tindakan, kapan dilakukan, dan di mana akan dilakukan tindakan itu.
            Nah, agar guru dapat melakukan tindakan secara benar dan terarah, berikut ini dikemukakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian tindakan kelas tersebut.
1)      Langkah pertama, guru harus melakukan identifikasi dan analisis masalah Pembelajaran.
2)      Langkah kedua, guru harus membuat perencanaan PTK dengan siklus-siklusnya, yang di antaranya meliputi
a)      menyusun rpp
b)      menyusun instrumen tes
c)      menyusun lembar tugas
d)      menyusun pertanyaan wawancara
e)      menyusun format observasi
f)       menyusun angket
3)      Langkah ketiga, setelah perencanaan disusun secara matang dan memadai, guru dapat melaksanakan PTK sesuai dengan urutan siklus yang direncanakan, di antaranya meliputi
a)      melakukan tindakan sesuai dengan rpp
b)      melakukan observasi
c)      merekam atau mencatat hasil observasi
d)      melakukan evaluasi hasil belajar
e)      melakukan evaluasi kinerja
f)       melakukan wawancara
g)      dsb.
4)      Langkah keempat, jika rencana yang sudah dibuat dilaksanakan, langkah selanjutnya guru melakukan refleksi terhadap tindakan dengan mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil tes, hasil quiz, atau informasi lainnya. Dalam refleksi tersebut, guru perlu mempertimbangkan dan menggambarkan secara objektif hal-hal berikut.
a)      Apakah proses tindakan sudah berjalan dengan baik?
b)      Apakah proses belajar lancar?
c)      Apakah hasil belajar meningkat?
d)      Apakah masalah kelas teratasi?
5)      Langkah kelima, berdasarkan hasil refleksi yang sudah dilakukan, guru dapat membuat simpulan tentang proses dan hasil belajar yang dicapai melalui tindakan yang dijalankan itu. Simpulan tersebut dapat berupa
a)      proses belajar telah berjalan lancar dan baik atau proses belajar belum berjalan dengan baik,
b)      hasil belajar telah memenuhi kriteria yang diharapkan atau hasil belajar belum memenuhi harapan,
c)      kondisi pembelajaran telah dapat diperbaiki atau kondisi pembelajaran masih perlu dibenahi atau diperbaiki lagi
d)      dan sebagainya.
6)      Langkah keenam, berdasarkan simpulan yang telah dibuat dari hasil refleksi, langkah selanjutnya guru harus membuat keputusan. Keputusan tersebut dapat berupa pernyataan sebagai berikut.
a)      Jika masalah yang dirumuskan sudah dicapai, pelaksanaan tindakan dapat diakhiri (selesai).
b)      Jika masalah dianggap belum teratasi, perlu dilakukan siklus II.
c)      Jika PTK masih dilanjutkan pada siklus II, perlu dimulai lagi perencanaan siklus II yang dirancang berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
d)      Demikian seterusnya, sampai permasalahan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat dituntaskan penyelesaiannya.

11) alasan dilakukan penelitian karena :
  1. Ada pendapat yang menyatakan bahwa penelitian tidak diperlukan di negara-negara berkembang, karena perlu biaya banyak
  2. Ilmu pengetahuan dan teknologi cukup tersedia di negara-negara maju, sehingga memanfaatkannya saja
  3. Ternyata tidak semua ilmu dari luar dapat diterapkan langsung di Indonesia
  4. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak ada yang diperoleh dengan cuma-cuma, perlu biaya mahal
  5. Penelitian perlu dilakukan, agar semata-mata tidak menggantungkan diri kepada luar negeri



KEBERHASILAN USAHA DAN KEGAGALAN USAHA

Tugas : DISUSUN O L E H ...