Sabtu, 28 Oktober 2017

KEBERHASILAN USAHA DAN KEGAGALAN USAHA



Tugas :


DISUSUN
O
L
E
H
Nama kelompok (IV) :
v Ulfi Lusiana
v Ayu Wahyuni
v Bella Aprilia Utari
v Roni Saputra
v Muh.rezky
SMK KESEHATAN MANDONGA
KENDARI
2013/2014


DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………………………………………
BAB I ( Pendahuluan )
a)      Latar Belakang …………………………………………………………………
b)     Tujuan ……………………………………………………………………………
BAB II (landasan teori  )
a)      Sistem informasi manajemen…………………………………………………………………………
b)     Peranan system informasi
c)      Keuntungan penerapan sistem informasi…………………………………………………………………………
d)     Pendapat para ahli
             BAB III ( Hasil dan pembahsan)
                a) factor-faktor kesuksesan penerapan system informasi…………………                       
                b) factor-faktor kegagalan penerapan system informasi…………………
            BAB VI (Penutup)
                a) Kesimpulan………………………………………………………………
 b) saran………………………………………………………………………
 c) daftar pustaka……………………………………………………………
















بسم الله الرحمن الرحي

Kata Pengantar :
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
            Puji syukur ke hadirat Allah swt. Dengan limpahan karunianya makalah yang bapak / ibu guru berikan kepada kami dapat terselesaikan.
            Dan terimakasih juga kepada bapak/ibu guru yang telah memberikan kami ilmu yang sangat bermanfaat hingga kami dapat menyelesaikan masalah ini.
            Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua dan mendapat berkah dari Allah SWT. Amiin..
            Demikian kata pengantar dari saya, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, selamat membaca!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
















 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
KEBERHASILAN USAHA DAN KEGAGALAN USAHA
KEBERHASILAN USAHA dan KEGAGALAN USAHA
( Pertemuan 2 )

A. Keberhasilan Usaha
1. Prinsip Dasar Keberhasilan Usaha
 Keberhasilan usaha dipengaruhi oleh 5 hal, antara lain:
v
• Percaya dan yakin usahanya dapat dilakukan
• Menerima gagasan baru dalam dunia usaha
• Instropeksi diri
• Mendengar saran orang lain
• Bersemangat dan bergaul

2. Syarat Keberhasilan Usaha
Para wirausaha yang berhasil dan ingin berkembang didalam usahanya adalah mereka yang mempunyai persyaratan tertentu, diantara:
• Memiliki kepribadian unggul didalam usahanya
• Mengenal diri sendiri
• Mengetahua dan memperhatikan hambata-hambatan yang ada serta hambatan yang mungkin terjadi
• Mempunyai keahlian khusus
• Memiliki kekayaan mental, spiritual dan material
• Kemauan dan kesediaan untuk belajar dan bekerja prestatif

3. Kunci Keberhasilan Dalam Usaha
Kunci keberhasilan wirausahawan di dalam mengelola usahanya dapat diperoleh dari berbagai kegiatan, diantaranya:
• Kegiatan usaha melalui diri sendiri
• Kegiatan usaha melalui kerjasama dengan orang lain
• Kegiatan usaha sebagai karyawan
Kunci keberhasilan seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya adalah:
• Bersyukur, jujur, dan adil
• Berpandangan luas jauh ke depan
• Bersikap ramah tamah dan sabar
• Bekerja prestatif, ulet, giat, dan rajin
• Tidak merugikan orang lain


Keberhasilan usaha atau bisnis seorang wirausahawan dalam mengelola usahanya dapat juga terletak pada:

  1. keberhasilan wirausaha
keberhasilan wirausaha biasanya erat kaitannya dengan hal sebagai berikut :
Dari sisi pengusaha/pengelola
    1. Jujur terhadap diri sendiri, orang lain, dan terhadap tujuab yang akan dicapai.
    2. Disiplin dan berani
    3. Menguasai bidang usaha yang digeluti.
    4. Dapat melaksanakan prinsip manajemen dengan baik.
Dari sisi produk
a. memiliki keunggulan yang berarti bagi konsumen, apakah dari segi harga, kualitas produk, prestise, manfaat dan sebagainya.
b. Didukung oleh promosi yang efektif kepada public.
2. kegagalan wirausaha
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berwirausaha antara lain :
- Tak ada perencanaan yang matang
- Bakat yang tidak cocok
- Kurang pengalaman
- Tak punya semangat berwirausaha
- Kurang modal
- Lemahnya pemasaran
- Tak punya etos kerja yang tinggi
Kegagalan usaha bisa juga disebabkan oleh factor eksternal, misalnya :
- perubahan kebijakan oleh pemerintah
- resesi ekonomi
- kalah bersaing.
Dalam hal tersebut ternyata keberhsilan seorang wirausaha tidak mutlak tergantung pada pendidikan yang mereka miliki, tetapi tergantung dari kemauan dan keberanian seorng untuk memulai berwirusaha.
Kenyataan banyak para wirausahawan yang berpendidikabn rendah tetapi sukses dalam berwirausaha.
Jika materi/bahan ini berguna bagi anda silahkan copy, dan tolong anda klik iklan yang ada sebagai Donasi/sumbangan anda.
Dunia bisnis yang semakin kompetitif dalam era globalisasi saat ini menuntut setiap perusahaan untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi dalam sistem pengelolaan bisnisnya, agar perusahaan tersebut dapat bertahan dalam persaingan. Oleh karena itu, kebutuhan akan informasi yang cepat dan akurat sangat diperlukan dalam mengambil keputusan bisnis. Agar dapat mempertahankan eksistensi perusahaan di dalam persaingan secara terus menerus, perusahaan harus dapat menganalisis keadaan lingkungan usahanya. Selanjutnya, perusahaan harus dapat melihat persaingan yang terjadi di dalam lingkungan usaha tersebut dan mengetahui apa yang sedang dipersiapkan dan dilakukan para pesaingnya sehingga dapat menentukan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi persaingan tersebut. Selain itu faktor internal juga perlu diperhatikan, agar perusahaan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sistem informasi semakin dibutuhkan oleh perusahaan, khususnya dalam meningkatkan kelancaran aliran informasi dalam perusahaan, control kualitas, dan menciptakan aliansi atau kerjasama dengan rekanan lainnya. Perusahaan yang sudah melakukan otomatisasi pada setiap lini manajerialnya, perlu menindak lanjuti dengan membangun suatu sistem informasi manajemen yang integral dan terpadu.
Pengelolaan sistem informasi manajemen dalam kegiatan yang dilakukan sebuh perusahaan, dijalankan melalui pemanfaatan berbagai sumberdaya baik sumberdaya manusia, material dan informasi atau data atau disebut juga sumberdaya konseptual. Keseluruhan sumberdaya tersebut saling terkait dan terpadu dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada setiap kegiatan penyelenggaraan organisasi tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, penerapan teknologi informasi dan komunikasi di setiap organisasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, dalam rangka pertukaran data dan informasi serta penyaluran berita secara cepat, akurat, dan aman.
Teknologi informasi berperan sebagai alat bantu untuk memudahkan pengelolaan suatu sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi. Faktor manusia akan sangat menentukan kebaikan dan kegunaan teknologi tersebut. Untuk itu, pengembangan sistem informasi membutuhkan suatu teknik dan perencanaan yang baik agar sistem yang dikembangkan tersebut dapat berjalan dan berfungsi secara efektif dan efisien serta tidak mengalami kegagalan.
Terdapat beberapa faktor penentu kegagalan dan keberhasilan dari implementasi sistem informasi di suatu perusahaan.
Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil baik mengatasi masalah bisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi bisnis saat ini. Sebagai seorang praktisi bisnis bertanggungjawab untuk mengajukan atau mengembangkan teknologi informasi baru atau meningkatkannya bagi perusahaan. Adapun untuk seorang manajer bertanggungjawab untuk mengelola usaha pengembangan yang dilakukan para spesialis sistem informasi dan para pemakai akhir bisnis. (O’Brien, 2005).

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan dan kesuksesan dalam pembangunan dan penerapan sistem informasi di suatu perusahaan.























BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Manajemen
Ø  Menurut O’Brien (2005) sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling bekerjasama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membenyuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna dalam mencapai suatu tujuan (O’Brien, 2005).
Manajemen dapat diartikan sebagai proses pemanfaatan berbagai sumberdaya yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen juga dapat dimaksudkan sebagai suatu sistem kekuasaan dalam suatu organisasi agar orang-orang menjalankan pekerjaan. Umumnya, sumberdaya yang tersedia dalam manajemen meliputi manusia, modal dan material. Dalam sistem informasi manajemen, sumber daya manajemen meliputi tiga sumber daya tersebut ditambah dengan sumberdaya berupa informasi. Menurut Paradigma Anthony dalam pengembangan TI yang meliputi tida lapis: di puncak adalah level strategi bisnis yang ditangani manajemen papan atas, kemudian level pengawasan yang dipegang oleh manajemen madya, terakhir, level operasi yang dikelola penyedia.
Nilai sebuah informasi lebih berharga daripada nilai investasi. Oleh karena itu, dalam membuat sebuah informasi diperlukan sebuah sistem yang dapat membuat sebuah informasi yang tepat dan akurat. Sistem Informasi Manajemen perlu didefinisikan lebih detail untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik. Model umum suatu sistem adalah terdiri atas masukan (input), pengolah (process), dan keluaran (output), sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 1 berikut:
       Sistem Informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan bagian lainnya dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing), dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi denagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik saat ini maupun dimasa yang akan datang, mendukung kegiatan operasional, menejerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan. Sistem informasi menggunakan SDM (people), perangkat keras (hardwere), perangkat lunak (softwere), data dan jaringan kerja (network) untuk menampilkan aktivitas input, processing, output, storage, dan control yang mengubah sumberdaya data menjadi produk informasi.
Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung  maupun tidak langsung. Suatu informasi dapat mempunyai beberapa fungsi antara lain:
  • Menambah pengetahuan
  • Mengurangi ketidakpastian
  • Mengurangi resiko kegagalan
  • Mengurangi keanekaragaman/variasi yang tidak diperlukan
  • Memberi standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan-keputusan yang menentukan pencapaian sasaran dan tujuan.
Tujuan SIM, yaitu: (a) Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen; (b) Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan; (c) Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).
Secara konseptual aplikasi sistem informasi yang diimplementasikan dalam dunia bisnis saat ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Contohnya, beberapa jenis sistem informasi dapat diklasifikasikan sebagai sistem informasi operasi atau manajemen seperti ditunjukkan pada Gambar 2. (O’Brien, 2005).
2.2 Peranan Sistem Informasi
Sistem informasi sangat berperan untuk memadukan semua unsur-unsur yang saling berhubungan sehingga sistem informasi tersebut harus dipandang sebagai suatu sistem tunggal, akan tetapi cukup kompleks sehingga perlu diuraikan menjadi subsistem-subsistem untuk perencanaan dan pengendalian pengembangannya serta untuk mengendalikan operasinya. Menguraikan informasi menjadi subsistem-subsistem yang lebih kecil penting sekali karena hal ini memungkinkan dilaksanannya penguraian lebih lanjut setiap subsistem diuraikan dan dirancang secara cermat sehingga sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan untuk itu, dan dapat berhubungan dengan tepat, maka bagian-bagian akan sesuai dan bekerja sama sepenuhnya.
Ø  Menurut O’Brien (2005), terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu:
  • Mendukung proses bisnis dan operasional
  • Mendukung pengambilan keputusan
  • Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil baik mengatasi masalah bisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi bisnis saat ini. Sebagai seorang praktisi bisnis bertanggungjawab untuk mengajukan atau mengembangkan teknologi informasi baru atau meningkatkannya bagi perusahaan. Adapun untuk seorang manajer bertanggungjawab untuk mengelola usaha pengembangan yang dilakukan para spesialis sistem informasi dan para pemakai akhir bisnis. Mengembangkan solusi sistem
informasi untuk mengatasi masalah bisnis dapat diimplementasikan dan dikelola sebagai beberapa proses bertahap atau beberapa siklus seperti ditunjukkan pada Gambar 4 sebagai berikut (O’Brien, 2005).
Ø  Menurut O’Brien dan Marakas (2007), sistem informasi adalah kombinasi terstruktur apapun antara manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumberdaya data, dan kebijakan serta prosedur yang menyimpan, mengambil, merubah, dan menghapus informasi dalam suatu organisasi Sistem informasi digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama menggunakan peralatan fisik (hardware), tahapan dan instruksi pemrosesan informasi (software), jaringan komunikasi (network), dan data yang tersimpan (stored data).
2.3 Keuntungan Penerapan Sistem Informasi
1. Meningkatkan efisiensi operasional
Investasi di dalam teknologi sistem informasi dapat menolong operasi perusahaan menjadi lebih efisien. Efisiensi operasional membuat perusahaan dapat menjalankan strategi keunggulan biaya (low-cost leadership). Dengan menanamkan investasi pada teknologi sistem informasi, perusahaan juga dapat menanamkan rintangan untuk memasuki industri tersebut (barriers to entry) dengan jalan meningkatkan besarnya investasi atau kerumitan teknologi yang diperlukan untuk memasuki persaingan pasar.
2. Memperkenalkan inovasi dalam bisnis
Penekanan utama dalam sistem informasi strategis adalah membangun biaya pertukaran (switching costs) ke dalam hubungan antara perusahaan dengan konsumen atau pemasoknya.
3. Membangun sumber-sumber informasi strategis
Teknologi sistem informasi memampukan perusahaan untuk membangun sumber informasi strategis sehingga mendapat kesempatan dalam keuntungan strategis. Hal ini berarti memperoleh perangkat keras dan perangkat lunak, mengembangkan jaringan telekomunikasi, menyewa spesialis sistem informasi, dan melatih end users. 















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Faktor-Faktor Kesuksesan Penerapan Sistem Informasi
Perusahaan yang semakin meningkat teknologi yang digunakanya dalam mengahadapi persaingan global akan mempunyai kebutuhan yang besar pula terhadap sistem informasi di dalam manajemen perusahaannya. Berbagai perusahaan berusaha mengembangkan sistem informasi untuk membantu mencapai tujuan, visi dan misi perusahaan. Selain itu, sistem informasi juga dapat membuat suatu sistem menjadi efisien dan efektif. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan perusahaan dan dapat bersaing dalam era globalisasi saat ini atau yang saat akan datang. Sistem informasi tidak selalu membawa keuntungan pada perusahaan yang menerapkannya. Sistem informasi dapat dikategorikan mengalami gagal jika dalam prakteknya terjadi beberapa kelemahan atau kekurangan. Secara ringkas kesuksesan sistem informasi menurut O’Brien (2005), antara lain disebabkan oleh:
  1. Keterlibatan pengguna
  2. Dukungan pimpinan (manajemen eksekutif)
  3. Kejelasan pernyataan kebutuhan
  4. Perencanaan yang tepat
  5. Harapan yang realistis.
Keberhasilan penerapan sebuah sistem informasi sangat bergantung pada sistem apakah yang dibangun oleh perusahaan, apakah sistem ini mampu mengadaptasi kebutuhan perusahaan, mudah digunakan dan mampu menyajikan segala jenis informasi yang diperlukan. Berikut beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan sistem informasi
  1. Sistem tersebut tingkat penggunaannya relatif tinggi (High Levels of System Use). Dengan penggunaan yang tinggi, artinya sistem informasi yang dibangun memiliki manfaat yang sesuai dengan kebutuhan para user (dalam hal ini pegawai perusahaan) sehingga mereka menggunakan sistem ini secara sering.
  2. Kepuasan para pengguna terhadap sistem (Users Satisfaction With The Systems). Dengan semakin meningkatnya kepuasan para user terhadap sistem yang dibangun, maka hal itu mengindikasikan bahwa sistem tersebut telah sesuai dengan kebutuhan pengguna dan merupakan indikasi keberhasilan dari sistem. Karena tidak mungkin sistem yang ada dianggap berhasil jika dalam implementasinya banyak terjadi keluhan dari para penggunanya.
  3. Sikap yang menguntungkan (Favourabel Attitude) para pengguna terhadap sistem informasi & staff dari sistem informasi. Jika para pengguna memiliki sikap yang positif terhadap sistem yang ada, maka hal tersebut merupakan indikasi keberhasilan yang kuat. Karena tidak mungkin para pengguna memiliki sifat yang positif jika sistem yang ada tidak memberi dampak yang positif serta sesuai dengan yang dibutuhkan. 
3.2  Faktor-Faktor Kegagalan Penerapan Sistem Informasi
Suatu sistem informasi dikatakan gagal jika sistem tersebut tidak mampu menunjang kebutuhan perusahaan. Kegagalan penerapan sistem informasi pada perusahaan jika sistem informasi tersebut tidak mencapai sasaran atau tujuan. Selain itu, sistem informasi juga dikatakan sia-sia jika tidak bermanfaat bagi perusahaan dan perusahaan telah mengeluarkan biaya yang sangat tinggi untuk sistem informasi namun sistem informasi tersebut tidak dapat digunakan. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan kesuksesan atau kegagalan penerapan sistem informasi di dalam suatu perusahaan. Faktor-faktor yang dapat menjadi sebab kegagalan dalam penerapan sistem informasi yaitu kurangnya dukungan dari manajemen eksekutif dan input dari end-user, penyataan kebutuhan dan spesifikasi yang tidak lengkap dan selalu berubah-ubah serta inkompetensi secara teknologi. (O’Brien, 2005).
Menurut O’Brien (2005) kegagalan sistem informasi diantaranya disebabkan oleh :
  1. Kurangnya input dari pengguna
  2. Kurangnya dukungan dari pimpinan (manajemen eksekutif)
  3. Tidak lengkapnya pernyataan kebutuhan dan spesifikasi
  4. Pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang senantiasa berubah-ubah
  5. Inkompetisi secara teknologi
Kegagalan penerapan sebuah sistem informasi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Sebuah sistem dikatakan gagal jika keberadaannya tidak mampu memenuhi kebutuhan yang ada, tidak mampu memberi efek manfaat terhadap para penggunanya serta sulit untuk digunakan. Berikut dijelaskan beberapa kondisi yang dapat menyebabkan suatu sistem informasi dapat dikatakan gagal :
  1. Biaya yang berlebihan sehingga melampaui anggaran. Pada dasarnya biaya pengembangan suatu sistem informasi adalah mahal, karena itu perencanaan anggarannya pun harus dilakukan dengan cermat dan tepat. Namun begitu sering terjadi dimana pengembangan sistem informasi di suatu perusahaan menjadi berlarut-larut, kurang terarah sehingga menyebabkan biaya semakin membengkak
  2. Melalui waktu yang diperkirakan Selain mahal, pengembangan suatu sistem informasi juga biasanya memerlukan waktu yang lama. Hal ini disebabkan penegmbangan sistem informasi merupakan suatu pekerjaan yang kompleks dan membutuhkan keakuratan serta kecermatan yang tinggi. Jika perkiraan waktu  ini yang dibuat meleset dari yang direncanakan, maka hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan.
  3. Kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari yang diperkirakan. Jika sistem informasi yang dibangun tidak dikerjakan secara cermat dan teliti, maka besar kemungkinan sistem tersebut akan memiliki kelemahan teknis yang membuat sistem tidak mampu bekerja secara normal ataupun sesuai dengan yang diharapkan. Jika hal ini terjadi maka dapat menyebabkan kegagalan pula.
  4. Gagal memperoleh manfaat yang diperkirakan. Pada dasarnya, sebuah sistem informasi dikembangkan dan diterapkan dengan tujuan tertentu sesuai dengan kondisi dan kebutuhkan yang ada dalam perusahaan. Misalnya saja seperti untuk sistem manajemen sumber daya manusia, sistem pengelolaan keuangan, sistem pemasaran dan lain sebagainya. Namun begitu, jika sistem yang dibangun ternyata tidak sesui dengan peruntukkannya tersebut, maka bisa dikatakan sistem tersebut gagal.
Dalam buku Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi, Oetomo (2002) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan sistem informasi. Adapun kegagalan sistem informasi tersebut yaitu sebagai berikut:
  1. Kebanyakan orang memandang sistem informasi adalah hal yang paling utama dan penting, sementara mereka melupakan komitmen dan konsistensi terhadap materi informasi, produk, dan respon layanan kepada konsumen.
  2. Pengelola perusahaan merasa bahwa pembangunan sistem informasi merupakan tugas dan kewajiban departemen teknologi informasi sehingga segala sesuatu bahkan yang sifatnya kebijakan, diserahkan sepenuhnya ke Departemen teknologi informasi yang notabene orang teknik dan bukan perumus strategi perusahaan.
  3. Konsentrasi ahli sistem informasi sering lebih terarah pada penggunaan teknologi teknologi informasi terbaru dan kemudahan bagi dirinya dalam melakukan pemrograman daripada penyusunan prosedur pengolahan data yang valid dan jitu. Akibatnya pemakai sering mengalami kesulitan dalam pengoperasian sistem karena mereka harus menyesuaikan dengan kemauan pembuat sistem
  4. Interface sistem informasi seringkali kurang interaktif, komunikatif, dan agak sulit digunakan oleh pemakai karena interface sering dibangun berdasarkan selera dan kemampuan bahasa pembuatnya
  5. Seluruh komponen perusahaan masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap perusahaan sistem informasi tradisional menjadi berbasis teknologi informasi.
Menurut Marimin et al. (2006), ada tujuh hal yang harus dihindari dalam mengembangkan sistem informasi, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak berorientasi pada pengguna, meskipun secara teknis sistem canggih.
Sistem seharusnya tidak dinilai atas dasar kecanggihan teknologi yang digunakan, tetapi sejauh mana sistem dapat membantu manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya. Semakin besar perusahaan, semakin canggih teknologi informasi yang digunakan. Jika suatu perusahaan ingin mengembangkan sistem informasi, padahal perusahaannya kecil saja, maka tidak perlu menggunakan teknologi yang demikian canggih. Cukup teknologi yang standar atau dapat dibeli  di pasar karena standar sistem informasi sudah banyak diperjualbelikan saat ini.
2. Mencoba melayani semua fungsi manajemen
Pada tahap awal, tim proyek seharusnya tidak berupaya untuk mengembangkan lebih dari tiga atau empat fungsi manajemen utama, yang disebut sebagai modul-modul sistem informasi manajemen. Suatu sistem awal yang terlalu besar akan menambah kompleksitas rancangan, pengkodean, pelatihan, dan instalasi. Rancangan yang terlalu kompleks akan memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya, karena banyaknya program yang harus dibuat. Pengkodean yang terjadi juga cukup kompleks.
3. Mengabaikan dukungan manajemen
Dukungan manajemen puncak diperlukan agar proyek sistem berhasil. Dukungan penuh dari manajemen puncak harus diterima tim, paling tidak selama masa anggaran proyek sistem informasi manajemen. Hal ini dikarenakan butuh waktu yang lama bagi sebuah tim untuk menyelesaikan proyek sistem, dari mulai investigasi sampai implementasi.
4. Semua anggota tim adalah orang ahli komputer
Dalam pelaksanaannya, penyusunan sistem informasi manajemen hanya ditangani oleh orang yang ahli komputer. Akibatnya, para ahli komputer tersebut mahir membuat program tapi tidak mengerti program itu akan digunakan untuk apa oleh perusahaan karena tidak adanya anggota tim yang memahami fungsi manajemen.
 5. Menyepelekan waktu penyelesaian proyek
Lemahnya pengendalian proyek dapat dipecahkan melalui penerapan manajemen proyek yang baik. Kelemahan umum dari berbagai proyek yang ada, termasuk proyek pengembangan sistem informasi manajemen, adalah tidak dapat selesai pada waktunya (on time).
6. Menjanjikan pengurangan tenaga kerja pada tahap awal
Kesalahan yang sering diajukan oleh tim proyek pada tahap awal adalah menjanjikan pengurangan tenaga kerja. Dengan diterapkannya sistem informasi manajemen, maka beberapa tugas dan pekerjaan mungkin menjadi hilang. Tetapi, jika pada tahap awal sudah mengisukan akan ada rasionalisasi, maka tahapan pengembangan sistem selanjutnya akan mendapat gangguan.
7. Mengembangkan sistem sendiri, padahal dapat dibeli
Sebelum membuat sistem sendiri, organisasi hendaknya mempertimbangkan alternatif pembelian paket-paket yang ada. Sesudah tim proyek menentukan spesifikasi sistem, langkah selanjutnya adalah mengkaji berbagai sistem yang ada di pasar, sebelum membuat keputusan untuk menyusunnya sendiri di dalam organisasi. 




















BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
  1. Kesuksesan dan Kegagalan penerapan atau implementasi sistem informasi di suatu perusahaan mempunyai banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini menandakan bahwa tidak selamanya sistem informasi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan sebagai user. Terdapat faktor-faktor  yang menentukan apakah suatu sistem informasi bisa berjalan dengan baik atau justru sistem informasi tersebut mengalami kegagalan dalam implementasinya. Beberapa faktor penentu kesuksesan implementasi sistem informasi di perusahaan di antaranya adalah keterlibatan pengguna, dukungan pimpinan (manajemen eksekutif), kejelasan pernyataan kebutuhan, perencanaan yang tepat, dan harapan yang realistis serta faktor-faktor lainnya.
  2. Kegagalan sistem informasi disebabkan oleh diantaranya : kurangnya input dari pengguna, kurangnya dukungan dari pimpinan (manajemen eksekutif), tidak lengkapnya pernyataan kebutuhan dan spesifikasi, pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang senantiasa berubah-ubah, inkompetisi secara teknologi. Serta kondisi yang dapat menyebabkan suatu sistem informasi dikatan gagal adalah Biaya yang berlebihan sehingga melampaui anggaran, melalui waktu yang diperkirakan Selain mahal, pengembangan suatu sistem informasi juga biasanya memerlukan waktu yang lama, kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari yang diperkirakan, Gagal memperoleh manfaat yang diperkirakan serta faktor-faktor lainnya.
4.1  Saran
Pengembangan atau penerapan sistem informasi pada suatu perusahaan sebaiknya sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini dikarenakan, apabila tidak sesuai dengan kebutuhan perusahan akan terjadi ketidakefesienan dan ketidakefektifan informasi, yang akan menyababkan kerugian perusahaan. Untuk menghindari hal tersebut, maka suatu perusahaan sebaiknya melakukan evaluasi dahulu atau rencana sebelum menggunakan atau menerapkan sistem informasi yang mempunyai teknologi informasi yang relatif mahal.












DAFTAR PUSTAKA

Marimin, Tanjung, H., dan Prabowo, H. 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
O’Brien, James. 2005. Management Infromation System: Managing Information Technology in the Internetworked Enterprise. Fifth Edition. McGraw-Hill.
Oetomo, BSD. 2002. Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta.


KEBERHASILAN USAHA DAN KEGAGALAN USAHA

Tugas : DISUSUN O L E H ...