Tugas
:
DISUSUN
O
L
E
H
Nama kelompok
(IV) :
v Ulfi Lusiana
v Ayu Wahyuni
v Bella Aprilia Utari
v Roni Saputra
v Muh.rezky
SMK
KESEHATAN MANDONGA
KENDARI
2013/2014
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………………………………………
BAB I (
Pendahuluan )
a)
Latar Belakang
…………………………………………………………………
b)
Tujuan
……………………………………………………………………………
BAB II (landasan
teori )
a)
Sistem informasi
manajemen…………………………………………………………………………
b)
Peranan system
informasi
c)
Keuntungan penerapan
sistem informasi…………………………………………………………………………
d)
Pendapat para
ahli
BAB III ( Hasil dan pembahsan)
a) factor-faktor kesuksesan
penerapan system informasi…………………
b) factor-faktor kegagalan
penerapan system informasi…………………
BAB VI (Penutup)
a) Kesimpulan………………………………………………………………
b) saran………………………………………………………………………
c) daftar pustaka……………………………………………………………
بسم الله الرØمن
الرØÙŠ
Kata Pengantar :
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur ke hadirat
Allah swt. Dengan limpahan karunianya makalah yang
bapak / ibu guru berikan kepada kami dapat terselesaikan.
Dan terimakasih juga
kepada bapak/ibu guru yang telah memberikan kami ilmu yang sangat bermanfaat
hingga kami dapat menyelesaikan masalah ini.
Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan kita semua dan mendapat berkah dari Allah SWT. Amiin..
Demikian kata pengantar dari saya,
lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, selamat membaca!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
KEBERHASILAN
USAHA DAN KEGAGALAN USAHA
KEBERHASILAN USAHA dan KEGAGALAN
USAHA
( Pertemuan 2 )
A. Keberhasilan Usaha
1. Prinsip Dasar Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha dipengaruhi oleh 5 hal, antara lain:v
• Percaya dan yakin usahanya dapat dilakukan
• Menerima gagasan baru dalam dunia usaha
• Instropeksi diri
• Mendengar saran orang lain
• Bersemangat dan bergaul
2. Syarat Keberhasilan Usaha
Para wirausaha yang berhasil dan ingin berkembang didalam usahanya adalah mereka yang mempunyai persyaratan tertentu, diantara:
• Memiliki kepribadian unggul didalam usahanya
• Mengenal diri sendiri
• Mengetahua dan memperhatikan hambata-hambatan yang ada serta hambatan yang mungkin terjadi
• Mempunyai keahlian khusus
• Memiliki kekayaan mental, spiritual dan material
• Kemauan dan kesediaan untuk belajar dan bekerja prestatif
3. Kunci Keberhasilan Dalam Usaha
Kunci keberhasilan wirausahawan di dalam mengelola usahanya dapat diperoleh dari berbagai kegiatan, diantaranya:
• Kegiatan usaha melalui diri sendiri
• Kegiatan usaha melalui kerjasama dengan orang lain
• Kegiatan usaha sebagai karyawan
Kunci keberhasilan seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya adalah:
• Bersyukur, jujur, dan adil
• Berpandangan luas jauh ke depan
• Bersikap ramah tamah dan sabar
• Bekerja prestatif, ulet, giat, dan rajin
( Pertemuan 2 )
A. Keberhasilan Usaha
1. Prinsip Dasar Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha dipengaruhi oleh 5 hal, antara lain:v
• Percaya dan yakin usahanya dapat dilakukan
• Menerima gagasan baru dalam dunia usaha
• Instropeksi diri
• Mendengar saran orang lain
• Bersemangat dan bergaul
2. Syarat Keberhasilan Usaha
Para wirausaha yang berhasil dan ingin berkembang didalam usahanya adalah mereka yang mempunyai persyaratan tertentu, diantara:
• Memiliki kepribadian unggul didalam usahanya
• Mengenal diri sendiri
• Mengetahua dan memperhatikan hambata-hambatan yang ada serta hambatan yang mungkin terjadi
• Mempunyai keahlian khusus
• Memiliki kekayaan mental, spiritual dan material
• Kemauan dan kesediaan untuk belajar dan bekerja prestatif
3. Kunci Keberhasilan Dalam Usaha
Kunci keberhasilan wirausahawan di dalam mengelola usahanya dapat diperoleh dari berbagai kegiatan, diantaranya:
• Kegiatan usaha melalui diri sendiri
• Kegiatan usaha melalui kerjasama dengan orang lain
• Kegiatan usaha sebagai karyawan
Kunci keberhasilan seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya adalah:
• Bersyukur, jujur, dan adil
• Berpandangan luas jauh ke depan
• Bersikap ramah tamah dan sabar
• Bekerja prestatif, ulet, giat, dan rajin
• Tidak merugikan orang lain
Keberhasilan usaha atau bisnis
seorang wirausahawan dalam mengelola usahanya dapat juga terletak pada:
- keberhasilan wirausaha
keberhasilan wirausaha biasanya erat
kaitannya dengan hal sebagai berikut :
Dari sisi pengusaha/pengelola
- Jujur terhadap diri sendiri, orang lain, dan terhadap tujuab yang akan dicapai.
- Disiplin dan berani
- Menguasai bidang usaha yang digeluti.
- Dapat melaksanakan prinsip manajemen dengan baik.
Dari sisi produk
a. memiliki
keunggulan yang berarti bagi konsumen, apakah dari segi harga, kualitas produk,
prestise, manfaat dan sebagainya.
b. Didukung
oleh promosi yang efektif kepada public.
2. kegagalan wirausaha
Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam berwirausaha antara lain :
- Tak ada
perencanaan yang matang
- Bakat yang
tidak cocok
- Kurang
pengalaman
- Tak punya
semangat berwirausaha
- Kurang modal
- Lemahnya
pemasaran
- Tak punya
etos kerja yang tinggi
Kegagalan usaha bisa juga disebabkan
oleh factor eksternal, misalnya :
- perubahan
kebijakan oleh pemerintah
- resesi
ekonomi
- kalah
bersaing.
Dalam hal tersebut ternyata keberhsilan seorang wirausaha
tidak mutlak tergantung pada pendidikan yang mereka miliki, tetapi tergantung
dari kemauan dan keberanian seorng untuk memulai berwirusaha.
Kenyataan banyak para wirausahawan yang berpendidikabn
rendah tetapi sukses dalam berwirausaha.
Jika materi/bahan ini berguna bagi anda silahkan copy, dan
tolong anda klik iklan yang ada sebagai Donasi/sumbangan anda.
Dunia bisnis yang semakin kompetitif dalam era globalisasi
saat ini menuntut setiap perusahaan untuk selalu mengikuti perkembangan
teknologi informasi dalam sistem pengelolaan bisnisnya, agar perusahaan
tersebut dapat bertahan dalam persaingan. Oleh karena itu, kebutuhan akan
informasi yang cepat dan akurat sangat diperlukan dalam mengambil keputusan
bisnis. Agar dapat mempertahankan eksistensi perusahaan di dalam persaingan
secara terus menerus, perusahaan harus dapat menganalisis keadaan lingkungan
usahanya. Selanjutnya, perusahaan harus dapat melihat persaingan yang terjadi
di dalam lingkungan usaha tersebut dan mengetahui apa yang sedang dipersiapkan
dan dilakukan para pesaingnya sehingga dapat menentukan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi persaingan tersebut. Selain itu faktor internal juga
perlu diperhatikan, agar perusahaan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sistem informasi semakin dibutuhkan oleh perusahaan,
khususnya dalam meningkatkan kelancaran aliran informasi dalam perusahaan,
control kualitas, dan menciptakan aliansi atau kerjasama dengan rekanan
lainnya. Perusahaan yang sudah melakukan otomatisasi pada setiap lini manajerialnya,
perlu menindak lanjuti dengan membangun suatu sistem informasi manajemen yang
integral dan terpadu.
Pengelolaan sistem informasi manajemen dalam kegiatan yang
dilakukan sebuh perusahaan, dijalankan melalui pemanfaatan berbagai sumberdaya
baik sumberdaya manusia, material dan informasi atau data atau disebut juga
sumberdaya konseptual. Keseluruhan sumberdaya tersebut saling terkait dan
terpadu dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi pada setiap kegiatan penyelenggaraan organisasi tidak dapat
dihindari. Oleh sebab itu, penerapan teknologi informasi dan komunikasi di
setiap organisasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar
lagi, dalam rangka pertukaran data dan informasi serta penyaluran berita secara
cepat, akurat, dan aman.
Teknologi informasi berperan sebagai alat bantu untuk
memudahkan pengelolaan suatu sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi.
Faktor manusia akan sangat menentukan kebaikan dan kegunaan teknologi tersebut.
Untuk itu, pengembangan sistem informasi membutuhkan suatu teknik dan
perencanaan yang baik agar sistem yang dikembangkan tersebut dapat berjalan dan
berfungsi secara efektif dan efisien serta tidak mengalami kegagalan.
Terdapat beberapa faktor penentu kegagalan dan keberhasilan
dari implementasi sistem informasi di suatu perusahaan.
Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil baik
mengatasi masalah bisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi
bisnis saat ini. Sebagai seorang praktisi bisnis bertanggungjawab untuk
mengajukan atau mengembangkan teknologi informasi baru atau meningkatkannya
bagi perusahaan. Adapun untuk seorang manajer bertanggungjawab untuk mengelola
usaha pengembangan yang dilakukan para spesialis sistem informasi dan para pemakai
akhir bisnis. (O’Brien, 2005).
1.2
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang
dapat mempengaruhi kegagalan dan kesuksesan dalam pembangunan dan penerapan
sistem informasi di suatu perusahaan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Sistem Informasi Manajemen
Ø
Menurut O’Brien (2005) sistem informasi merupakan kombinasi
teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan
sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam
sebuah organisasi. Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hal atau
kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling bekerjasama atau yang
dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membenyuk satu kesatuan untuk
melaksanakan suatu fungsi guna dalam mencapai suatu tujuan (O’Brien, 2005).
Manajemen dapat diartikan sebagai proses pemanfaatan
berbagai sumberdaya yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen juga
dapat dimaksudkan sebagai suatu sistem kekuasaan dalam suatu organisasi agar
orang-orang menjalankan pekerjaan. Umumnya, sumberdaya yang tersedia dalam
manajemen meliputi manusia, modal dan material. Dalam sistem informasi
manajemen, sumber daya manajemen meliputi tiga sumber daya tersebut ditambah
dengan sumberdaya berupa informasi. Menurut Paradigma Anthony dalam
pengembangan TI yang meliputi tida lapis: di puncak adalah level strategi
bisnis yang ditangani manajemen papan atas, kemudian level pengawasan yang
dipegang oleh manajemen madya, terakhir, level operasi yang dikelola penyedia.
Nilai sebuah informasi lebih berharga daripada nilai
investasi. Oleh karena itu, dalam membuat sebuah informasi diperlukan sebuah
sistem yang dapat membuat sebuah informasi yang tepat dan akurat. Sistem
Informasi Manajemen perlu didefinisikan lebih detail untuk mendapatkan
informasi yang lebih spesifik. Model umum suatu sistem adalah terdiri atas
masukan (input), pengolah (process), dan keluaran (output),
sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 1 berikut:
Sistem Informasi manajemen dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama
antara bagian satu dengan bagian lainnya dengan cara-cara tertentu untuk
melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa
data-data, kemudian mengolahnya (processing), dan menghasilkan keluaran
(output) berupa informasi denagai dasar bagi pengambilan keputusan yang
berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik saat ini
maupun dimasa yang akan datang, mendukung kegiatan operasional, menejerial, dan
strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang ada dan
tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan. Sistem informasi
menggunakan SDM (people), perangkat keras (hardwere), perangkat
lunak (softwere), data dan jaringan kerja (network) untuk
menampilkan aktivitas input, processing, output, storage,
dan control yang mengubah sumberdaya data menjadi produk informasi.
Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi
bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung
maupun tidak langsung. Suatu informasi dapat mempunyai beberapa fungsi antara
lain:
- Menambah pengetahuan
- Mengurangi ketidakpastian
- Mengurangi resiko kegagalan
- Mengurangi keanekaragaman/variasi yang tidak diperlukan
- Memberi standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan-keputusan yang menentukan pencapaian sasaran dan tujuan.
Tujuan SIM, yaitu: (a) Menyediakan informasi yang
dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain
yang diinginkan manajemen; (b) Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam
perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan; (c)
Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Ketiga tujuan tersebut
menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya.
Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu
masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi
dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan,
pengendalian dan pengambilan keputusan).
Secara konseptual aplikasi sistem informasi yang
diimplementasikan dalam dunia bisnis saat ini dapat diklasifikasikan dalam
beberapa cara. Contohnya, beberapa jenis sistem informasi dapat
diklasifikasikan sebagai sistem informasi operasi atau manajemen seperti
ditunjukkan pada Gambar 2. (O’Brien, 2005).
2.2
Peranan Sistem Informasi
Sistem informasi sangat berperan untuk memadukan semua
unsur-unsur yang saling berhubungan sehingga sistem informasi tersebut harus
dipandang sebagai suatu sistem tunggal, akan tetapi cukup kompleks sehingga
perlu diuraikan menjadi subsistem-subsistem untuk perencanaan dan pengendalian
pengembangannya serta untuk mengendalikan operasinya. Menguraikan informasi
menjadi subsistem-subsistem yang lebih kecil penting sekali karena hal ini
memungkinkan dilaksanannya penguraian lebih lanjut setiap subsistem diuraikan
dan dirancang secara cermat sehingga sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan untuk itu, dan dapat berhubungan dengan tepat, maka bagian-bagian
akan sesuai dan bekerja sama sepenuhnya.
Ø Menurut
O’Brien (2005), terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu:
- Mendukung proses bisnis dan operasional
- Mendukung pengambilan keputusan
- Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil baik
mengatasi masalah bisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi
bisnis saat ini. Sebagai seorang praktisi bisnis bertanggungjawab untuk
mengajukan atau mengembangkan teknologi informasi baru atau meningkatkannya
bagi perusahaan. Adapun untuk seorang manajer bertanggungjawab untuk mengelola
usaha pengembangan yang dilakukan para spesialis sistem informasi dan para
pemakai akhir bisnis. Mengembangkan solusi sistem
informasi untuk mengatasi masalah bisnis dapat
diimplementasikan dan dikelola sebagai beberapa proses bertahap atau beberapa
siklus seperti ditunjukkan pada Gambar 4 sebagai berikut (O’Brien, 2005).
Ø Menurut O’Brien dan Marakas (2007), sistem informasi
adalah kombinasi terstruktur apapun antara manusia, perangkat keras, perangkat
lunak, jaringan komunikasi, sumberdaya data, dan kebijakan serta prosedur yang
menyimpan, mengambil, merubah, dan menghapus informasi dalam suatu organisasi
Sistem informasi digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama menggunakan
peralatan fisik (hardware), tahapan dan instruksi pemrosesan informasi
(software), jaringan komunikasi (network), dan data yang tersimpan (stored
data).
2.3
Keuntungan Penerapan Sistem Informasi
1. Meningkatkan efisiensi operasional
Investasi di dalam teknologi sistem informasi dapat menolong
operasi perusahaan menjadi lebih efisien. Efisiensi operasional membuat
perusahaan dapat menjalankan strategi keunggulan biaya (low-cost leadership).
Dengan menanamkan investasi pada teknologi sistem informasi, perusahaan juga
dapat menanamkan rintangan untuk memasuki industri tersebut (barriers to
entry) dengan jalan meningkatkan besarnya investasi atau kerumitan
teknologi yang diperlukan untuk memasuki persaingan pasar.
2. Memperkenalkan inovasi dalam bisnis
Penekanan utama dalam sistem informasi strategis adalah
membangun biaya pertukaran (switching costs) ke dalam hubungan antara
perusahaan dengan konsumen atau pemasoknya.
3. Membangun sumber-sumber informasi strategis
Teknologi sistem informasi memampukan perusahaan untuk
membangun sumber informasi strategis sehingga mendapat kesempatan dalam
keuntungan strategis. Hal ini berarti memperoleh perangkat keras dan perangkat
lunak, mengembangkan jaringan telekomunikasi, menyewa spesialis sistem
informasi, dan melatih end users.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Faktor-Faktor Kesuksesan Penerapan Sistem Informasi
Perusahaan yang semakin meningkat teknologi yang digunakanya
dalam mengahadapi persaingan global akan mempunyai kebutuhan yang besar pula
terhadap sistem informasi di dalam manajemen perusahaannya. Berbagai perusahaan
berusaha mengembangkan sistem informasi untuk membantu mencapai tujuan, visi
dan misi perusahaan. Selain itu, sistem informasi juga dapat membuat suatu
sistem menjadi efisien dan efektif. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
produktivitas dan pendapatan perusahaan dan dapat bersaing dalam era
globalisasi saat ini atau yang saat akan datang. Sistem informasi tidak selalu
membawa keuntungan pada perusahaan yang menerapkannya. Sistem informasi dapat
dikategorikan mengalami gagal jika dalam prakteknya terjadi beberapa kelemahan
atau kekurangan. Secara ringkas kesuksesan sistem informasi menurut O’Brien
(2005), antara lain disebabkan oleh:
- Keterlibatan pengguna
- Dukungan pimpinan (manajemen eksekutif)
- Kejelasan pernyataan kebutuhan
- Perencanaan yang tepat
- Harapan yang realistis.
Keberhasilan penerapan sebuah sistem informasi sangat
bergantung pada sistem apakah yang dibangun oleh perusahaan, apakah sistem ini
mampu mengadaptasi kebutuhan perusahaan, mudah digunakan dan mampu menyajikan
segala jenis informasi yang diperlukan. Berikut beberapa faktor yang dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan sistem informasi
- Sistem tersebut tingkat penggunaannya relatif tinggi (High Levels of System Use). Dengan penggunaan yang tinggi, artinya sistem informasi yang dibangun memiliki manfaat yang sesuai dengan kebutuhan para user (dalam hal ini pegawai perusahaan) sehingga mereka menggunakan sistem ini secara sering.
- Kepuasan para pengguna terhadap sistem (Users Satisfaction With The Systems). Dengan semakin meningkatnya kepuasan para user terhadap sistem yang dibangun, maka hal itu mengindikasikan bahwa sistem tersebut telah sesuai dengan kebutuhan pengguna dan merupakan indikasi keberhasilan dari sistem. Karena tidak mungkin sistem yang ada dianggap berhasil jika dalam implementasinya banyak terjadi keluhan dari para penggunanya.
- Sikap yang menguntungkan (Favourabel Attitude) para pengguna terhadap sistem informasi & staff dari sistem informasi. Jika para pengguna memiliki sikap yang positif terhadap sistem yang ada, maka hal tersebut merupakan indikasi keberhasilan yang kuat. Karena tidak mungkin para pengguna memiliki sifat yang positif jika sistem yang ada tidak memberi dampak yang positif serta sesuai dengan yang dibutuhkan.
3.2
Faktor-Faktor Kegagalan Penerapan Sistem Informasi
Suatu sistem informasi dikatakan gagal jika sistem tersebut
tidak mampu menunjang kebutuhan perusahaan. Kegagalan penerapan sistem
informasi pada perusahaan jika sistem informasi tersebut tidak mencapai sasaran
atau tujuan. Selain itu, sistem informasi juga dikatakan sia-sia jika tidak
bermanfaat bagi perusahaan dan perusahaan telah mengeluarkan biaya yang sangat
tinggi untuk sistem informasi namun sistem informasi tersebut tidak dapat
digunakan. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan kesuksesan atau kegagalan
penerapan sistem informasi di dalam suatu perusahaan. Faktor-faktor yang dapat
menjadi sebab kegagalan dalam penerapan sistem informasi yaitu kurangnya
dukungan dari manajemen eksekutif dan input dari end-user, penyataan kebutuhan
dan spesifikasi yang tidak lengkap dan selalu berubah-ubah serta inkompetensi
secara teknologi. (O’Brien, 2005).
Menurut O’Brien (2005) kegagalan sistem informasi
diantaranya disebabkan oleh :
- Kurangnya input dari pengguna
- Kurangnya dukungan dari pimpinan (manajemen eksekutif)
- Tidak lengkapnya pernyataan kebutuhan dan spesifikasi
- Pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang senantiasa berubah-ubah
- Inkompetisi secara teknologi
Kegagalan penerapan sebuah sistem informasi dapat disebabkan
oleh banyak faktor. Sebuah sistem dikatakan gagal jika keberadaannya tidak
mampu memenuhi kebutuhan yang ada, tidak mampu memberi efek manfaat terhadap
para penggunanya serta sulit untuk digunakan. Berikut dijelaskan beberapa
kondisi yang dapat menyebabkan suatu sistem informasi dapat dikatakan gagal :
- Biaya yang berlebihan sehingga melampaui anggaran. Pada dasarnya biaya pengembangan suatu sistem informasi adalah mahal, karena itu perencanaan anggarannya pun harus dilakukan dengan cermat dan tepat. Namun begitu sering terjadi dimana pengembangan sistem informasi di suatu perusahaan menjadi berlarut-larut, kurang terarah sehingga menyebabkan biaya semakin membengkak
- Melalui waktu yang diperkirakan Selain mahal, pengembangan suatu sistem informasi juga biasanya memerlukan waktu yang lama. Hal ini disebabkan penegmbangan sistem informasi merupakan suatu pekerjaan yang kompleks dan membutuhkan keakuratan serta kecermatan yang tinggi. Jika perkiraan waktu ini yang dibuat meleset dari yang direncanakan, maka hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan.
- Kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari yang diperkirakan. Jika sistem informasi yang dibangun tidak dikerjakan secara cermat dan teliti, maka besar kemungkinan sistem tersebut akan memiliki kelemahan teknis yang membuat sistem tidak mampu bekerja secara normal ataupun sesuai dengan yang diharapkan. Jika hal ini terjadi maka dapat menyebabkan kegagalan pula.
- Gagal memperoleh manfaat yang diperkirakan. Pada dasarnya, sebuah sistem informasi dikembangkan dan diterapkan dengan tujuan tertentu sesuai dengan kondisi dan kebutuhkan yang ada dalam perusahaan. Misalnya saja seperti untuk sistem manajemen sumber daya manusia, sistem pengelolaan keuangan, sistem pemasaran dan lain sebagainya. Namun begitu, jika sistem yang dibangun ternyata tidak sesui dengan peruntukkannya tersebut, maka bisa dikatakan sistem tersebut gagal.
Dalam buku Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi,
Oetomo (2002) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kegagalan sistem informasi. Adapun kegagalan sistem informasi tersebut yaitu
sebagai berikut:
- Kebanyakan orang memandang sistem informasi adalah hal yang paling utama dan penting, sementara mereka melupakan komitmen dan konsistensi terhadap materi informasi, produk, dan respon layanan kepada konsumen.
- Pengelola perusahaan merasa bahwa pembangunan sistem informasi merupakan tugas dan kewajiban departemen teknologi informasi sehingga segala sesuatu bahkan yang sifatnya kebijakan, diserahkan sepenuhnya ke Departemen teknologi informasi yang notabene orang teknik dan bukan perumus strategi perusahaan.
- Konsentrasi ahli sistem informasi sering lebih terarah pada penggunaan teknologi teknologi informasi terbaru dan kemudahan bagi dirinya dalam melakukan pemrograman daripada penyusunan prosedur pengolahan data yang valid dan jitu. Akibatnya pemakai sering mengalami kesulitan dalam pengoperasian sistem karena mereka harus menyesuaikan dengan kemauan pembuat sistem
- Interface sistem informasi seringkali kurang interaktif, komunikatif, dan agak sulit digunakan oleh pemakai karena interface sering dibangun berdasarkan selera dan kemampuan bahasa pembuatnya
- Seluruh komponen perusahaan masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap perusahaan sistem informasi tradisional menjadi berbasis teknologi informasi.
Menurut Marimin et al. (2006), ada tujuh hal yang
harus dihindari dalam mengembangkan sistem informasi, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak berorientasi pada pengguna, meskipun secara teknis
sistem canggih.
Sistem seharusnya tidak dinilai atas dasar kecanggihan
teknologi yang digunakan, tetapi sejauh mana sistem dapat membantu manajemen
dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya. Semakin besar perusahaan, semakin canggih
teknologi informasi yang digunakan. Jika suatu perusahaan ingin mengembangkan
sistem informasi, padahal perusahaannya kecil saja, maka tidak perlu
menggunakan teknologi yang demikian canggih. Cukup teknologi yang standar atau
dapat dibeli di pasar karena standar sistem informasi sudah banyak
diperjualbelikan saat ini.
2. Mencoba melayani semua fungsi manajemen
Pada tahap awal, tim proyek seharusnya tidak berupaya untuk
mengembangkan lebih dari tiga atau empat fungsi manajemen utama, yang disebut
sebagai modul-modul sistem informasi manajemen. Suatu sistem awal yang terlalu
besar akan menambah kompleksitas rancangan, pengkodean, pelatihan, dan
instalasi. Rancangan yang terlalu kompleks akan memerlukan waktu yang lama
untuk membuatnya, karena banyaknya program yang harus dibuat. Pengkodean yang
terjadi juga cukup kompleks.
3. Mengabaikan dukungan manajemen
Dukungan manajemen puncak diperlukan agar proyek sistem
berhasil. Dukungan penuh dari manajemen puncak harus diterima tim, paling tidak
selama masa anggaran proyek sistem informasi manajemen. Hal ini dikarenakan
butuh waktu yang lama bagi sebuah tim untuk menyelesaikan proyek sistem, dari
mulai investigasi sampai implementasi.
4. Semua anggota tim adalah orang ahli komputer
Dalam pelaksanaannya, penyusunan sistem informasi manajemen
hanya ditangani oleh orang yang ahli komputer. Akibatnya, para ahli komputer
tersebut mahir membuat program tapi tidak mengerti program itu akan digunakan
untuk apa oleh perusahaan karena tidak adanya anggota tim yang memahami fungsi
manajemen.
5. Menyepelekan waktu penyelesaian proyek
Lemahnya pengendalian proyek dapat dipecahkan melalui
penerapan manajemen proyek yang baik. Kelemahan umum dari berbagai proyek yang
ada, termasuk proyek pengembangan sistem informasi manajemen, adalah tidak
dapat selesai pada waktunya (on time).
6. Menjanjikan pengurangan tenaga kerja pada tahap awal
Kesalahan yang sering diajukan oleh tim proyek pada tahap
awal adalah menjanjikan pengurangan tenaga kerja. Dengan diterapkannya sistem
informasi manajemen, maka beberapa tugas dan pekerjaan mungkin menjadi hilang.
Tetapi, jika pada tahap awal sudah mengisukan akan ada rasionalisasi, maka
tahapan pengembangan sistem selanjutnya akan mendapat gangguan.
7. Mengembangkan sistem sendiri, padahal dapat dibeli
Sebelum membuat sistem sendiri, organisasi hendaknya
mempertimbangkan alternatif pembelian paket-paket yang ada. Sesudah tim proyek
menentukan spesifikasi sistem, langkah selanjutnya adalah mengkaji berbagai
sistem yang ada di pasar, sebelum membuat keputusan untuk menyusunnya sendiri
di dalam organisasi.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Kesuksesan dan Kegagalan penerapan atau implementasi sistem informasi di suatu perusahaan mempunyai banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini menandakan bahwa tidak selamanya sistem informasi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan sebagai user. Terdapat faktor-faktor yang menentukan apakah suatu sistem informasi bisa berjalan dengan baik atau justru sistem informasi tersebut mengalami kegagalan dalam implementasinya. Beberapa faktor penentu kesuksesan implementasi sistem informasi di perusahaan di antaranya adalah keterlibatan pengguna, dukungan pimpinan (manajemen eksekutif), kejelasan pernyataan kebutuhan, perencanaan yang tepat, dan harapan yang realistis serta faktor-faktor lainnya.
- Kegagalan sistem informasi disebabkan oleh diantaranya : kurangnya input dari pengguna, kurangnya dukungan dari pimpinan (manajemen eksekutif), tidak lengkapnya pernyataan kebutuhan dan spesifikasi, pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang senantiasa berubah-ubah, inkompetisi secara teknologi. Serta kondisi yang dapat menyebabkan suatu sistem informasi dikatan gagal adalah Biaya yang berlebihan sehingga melampaui anggaran, melalui waktu yang diperkirakan Selain mahal, pengembangan suatu sistem informasi juga biasanya memerlukan waktu yang lama, kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari yang diperkirakan, Gagal memperoleh manfaat yang diperkirakan serta faktor-faktor lainnya.
4.1 Saran
Pengembangan atau penerapan sistem informasi pada suatu
perusahaan sebaiknya sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini dikarenakan,
apabila tidak sesuai dengan kebutuhan perusahan akan terjadi ketidakefesienan
dan ketidakefektifan informasi, yang akan menyababkan kerugian perusahaan.
Untuk menghindari hal tersebut, maka suatu perusahaan sebaiknya melakukan
evaluasi dahulu atau rencana sebelum menggunakan atau menerapkan sistem
informasi yang mempunyai teknologi informasi yang relatif mahal.
DAFTAR
PUSTAKA
http://gelarheyn87.blogspot.com/2011/03/keberhasilan-dan
kegagalani mplementasi .html) [23 September 2012]
Marimin, Tanjung, H., dan Prabowo, H. 2006. Sistem Informasi
Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
O’Brien, James. 2005. Management Infromation System:
Managing Information Technology in the Internetworked Enterprise. Fifth
Edition. McGraw-Hill.
Oetomo, BSD. 2002. Perencanaan dan Pembangunan Sistem
Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta.